Pukul 16.00 Wib jam kuliah telah usai, aku bernajak pulang ke rumah seperti biasanya. Dan sesampai dirumah akupun langsung menuju kamar untuk beristirahat sejenak, karena aku merasa lelah hampir satu harian belajar di kampus dan membuat energi terkuras untuk berpikir. Baru setengan jam aku tidur tiba – tiba saja nada sms handphone-ku berdering, terpaksa aku membuka mata yang terasa berat ini dan membacanya.
“ Innalillahi wa innalillahi roji’un, telah meninggalnya Uul.”
“ Apaan sih…,kok becanda separah ini!” ujarku dalam hati sambil mengucek – ngucek mata yang masih berat. Akupun tidak menanggapi sms itu, karena aku nggak percaya Uul meninggal. Aku berpikir mungkin karena bulan ini adalah bulan April, jadi mungkin saja Puput cuma pengen ngerjain aku. Karena benar – benar ngantuk banget, akupun kembali tidur dan menarik selimut untuk menutupi diriku.Tak lama kemudian suara sms handphone-ku kembali berbunyi dan ternyata ada dua sms yang masuk, akupun terpaksa membukanya. Ternyata sms dari Een dan Lina teman sekolah SMP ku dulu, aku merasa heran kok mereka tumben sms aku ya…? Dengan cepat kubuka sms mereka berdua dan ternyata isinya sama seperti sms yang telah dikirim oleh Puput. Saat ingin membalas sms mereka, handphoneku berdering, nama Rara tampil dilayar handphoneku. Akupun menganggkatnya.
“ Assalamu’alaikum Ais, lagi pain…?” sapa Rara dengan tergesa – gesa dan terdengar suara yang rada ribut banget di tempat dia berada.
“ Walaikumslaam Ra, lagi dirumah nih. Emang kenapa…?” jawabku rada ngantuk.
“ Ais nggak ke rumah Uul…?” Tanya nya pada diriku.
“ Emangnya ada acara apa…?” tanyaku datar.
“ Acara….? Emangnya Ais nggak dapat kabar…?”
“ Kabar apaan Ra….? Aku baru aja pulang kuliah sejam lalu nih.”
“ Ais….., Ais…Uul….udah….” suara Rara berubah menjadi rada parau dan tersedat – sedat, sepertinya dia sedang nangis.
“ Uul kenapa Ra…., udah kenapa….?” Tanyaku penuh penasaran, perasaan hatiku berubah menjadi tidak tenang dan pikiranku menjadi tidak menentu.
“ uul telah pergi meninggalkan kita untuk selamanya, Ais….” Jawabnya sambil mengeluarkan isak tangis kecil. Aku bisa merasakan itu dari cara dirinya berbicara padaku. Saat mendengarkan perkataannya, akupun dapat menyimpulkan bahwa Uultelah meninggal. Aku terkejut dan masih merasa tidak percaya dan terus bertanya pada Rara.
“ Kamu bohongkan Ra…? Kamu pasti cuma pengen ngerjain aku kan…?”
“ Aku enggak bohong Ais, tadi pagi Uul mengalami kecelakaan dan ternyata nyawanya tidak terselamatkan akibat luka yang dideritanya begitu parah.” Rara mencoba menjelaskan kronologis kejadiannya pada diriku, aku hanya bisa berdiam diri dan tanpa sadar air mata telah membasahi pipiku.
“ Hallo….Ais…., kamu enggak kenapa – napa kan?” ujar Rara.
“ Iya, aku enggak kenapa – kenapa. Makasih ya, Ra…” jawabku datar, perasaanku masih saja belum percaya. Kenapa….begitu cepat, kenapa harus seperti ini….? Aku beranjak dari tempat tidur menuju lemari buku yang ada disudut kamar. Di sana kutemukan sebuah album foto, akupun meraihnya dan memandang semua foto kenangan aku dan Uul saat kami masih sekolah dulu. Begitu banyak perjalanan yang kami tempuh bersama, walau aku dan Uul tidak sekelas, tapi aku dan Uul cukup dekat dalam organisasi sekolah. Kadang saat kami sedang berdua, banyak cerita yang kami ungkapkan dan saling berbagi.
Bagiku Uul adalah teman yang baik, ramah, dan juga pintar serta cantik. Kadang kalau kita sedang berdua saja, kita juga suka bahas tentang remaja zaman sekarang yang telah terjerumus ke dalam lembah hitam. Kami lebih suka membahas soal islam dibandingkan tentang tren masa remaja sekarang. Saat memandang fotonya aku merasa dia begitu dekat denganku, semua kenangan masa laluku bersama dirinya sangat indah dan sulit untuk aku lupakan. Begitu banyak suka dan duka yang kami lalui bersama saat satu organisasi di sekolah SMP dulu, tapi dengan semangat semua yang sulit serasa begitu mudah untuk dijalani. Kenangan itu membuat diriku meneteskan air mata untuk sekian kalinya, dan pada akhirnya aku tertidur sambil memeluk album foto tersebut.
**********
Tepat pukul 20.00 Wib aku dan beberapa teman berangkat menuju ke rumah Uul. Di sana sudah ramai kehadiran teman – teman lainnya, dan sesampai di sana aku mencoba untuk menahan rasa sedih tersebut. Karena aku tidak ingin membuat keluarganya merasa tambah sedih. Saat itu aku merasakan bahwa Uul berada diantara kami semua dan aku merasakan Uul merasa bahagia. Tepat pukul 21.00 Wib aku dan teman – teman beranjak pulang, karena malam semakin larut.
Sesampai dirumah aku mengeluarkan rasa sedih yang telah lama kupendam dari tadi, aku menangis sambil memandang foto Uul.
“ Uul, kamu udah janji tidak akan pergi meninggalkan diriku sebelum kita menjadi orang sukses? Tapi, kenapa kamu mengingkarinya…? Kenapa kamu harus pergi secepat ini…? Kini cahaya pertemanan kita telah sirna, tidak ada lagi senyuman manismu yang selalu menghibur hatiku saat sedang sedih. Dan tidak ada lagi yang memberikan kehangatan kasih sayang seorang teman pada diriku seperti dirimu.”
Kenangan terindah itu tidak akan pernah aku lupakan Uul, kenangan saat kita bercanda tawa bersama teman – teman lainnya. Walau kamu tidak ada bersama diriku lagi, tapi bagiku kamu selalu dihatiku. Dan aku akan terus berjuang untuk menggapai cita – citaku yang dulu kuinginkan. Dan sebagai seorang teman aku akan selalu mendoakan agar segala amal ibadah kamu selama ini dapat di terima Allah swt. Aku juga ingin mengucapkan terima kasih teman, terima kasih atas segala kebaikanmu dan terima kasih telah mewarnai hari – hari dalam perjalanan hidupku. Dan aku tidak akan pernah melupakan dirimu dan teman – teman kita semuanya sampai akhir hayatku, karena bagi diriku kalian adalah teman – teman terindah dalam hidupku.
NB : cerita ini nyata yang dialami oleh penulis
By : Ais
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar