Oktober 13, 2010

.:::PAHLAWAN HIDUPKU:::.


Ingin rasanya kuucapkan kata terima kasih pada Ayah, karena selama ini ayah telah menjadi seorang yang paling berharga dalam diriku selain Bunda. Bagaimana tidak, begitu banyak pengorbanan yang telah ayah lakukan untukku juga saudara-saudaraku. Ayah bukan hanya sekedar ayah atau kepala rumah tangga dalam keluargaku, tapi.... bagiku ayah seperti seorang pahlawan. Yah.... Pahlawan kehidupanku, gelar itu sangat pantas untuk Ayah yang selalu berjasa dalam kehidupan kami.

Sejak kumasih kecil, Ayah selalu berusaha untuk mendidik diriku dan juga saudara-saudaraku tentang hal-hal yang baik agar kelak kami tumbuh menjadi seorang anak yang baik pula. Ku ingat sekali, pada masa-masa SD dulu ayah selalu begitu perhatian dengan perkembangan sekolahku, setiap ada PR ayah selalu menemaniku belajar (walaupun dulu kadang aku suka BT, karena jika aku salah mengerjakan ayah pasti saja marah2) tapi, sekarang aku tau dan merasakan betapa berartinya kemarahan ayah saat itu kepadaku (wajar saja ayah marah, karena dia ingin aku menjadi seorang anak yang berprestasi). Alhamdulillah berkat didikan ayah dan kepedulian ayah terhadap studyku, akhirnya sejak SD hingga sekarang InsyaAllah diriku bisa memberikan mereka prestasi. (yah....walaupun prestasi itu kadang kala turun naik, karena persaingan yang begitu dahsyat). Dan aku berharap, kelak aku bisa memberikan kebahagiaan yang lebih lagi dari itu, karena kumerasa Ayah dan Bunda pantas mendapatkan kebahagiaan yang lebih atas jasa mereka selama ini. Aku tau mereka tidak menuntut apapun dari diriku atas pengorbanan mereka, tapi sudah sewajarnyakan seorang anak memberikan yang terbaik buat orang tuanya....???

Selain itu, aku punya sebuah cerita yang sangat mengharukan. Yah.... saat itu aku masih SMK, dipagi hari saat ingin berangkat sekolah cuaca tidak mendukung. Hujan turun sangat deras, angin bertiup dengan kencang, bahkan suara gemuruh petir juga begitu keras membuat aku takut. Tadinya Bunda melarangku berangkat sekolah, karena takut kenapa-napa dijalan. Tapi, hari itu aku benar-benar bersikeras untuk berangkat sekolah, aku sempat bingung karena tidak ada satu orangpun saudaraku yang berani mengantarkanku kedepan gang menunggu angkutan. Alhamdulillah, akhirnya ayah mengantarkanku menuju depan gang dengan berjalan kaki sambil menggunakan sebuah payung, awalnya perjalanan menuju depan gang baik2 saja. Eh... ga' taunya, karena air begitu banyak ayah tidak melihat kalau ada lubang selokan sehingga kaki ayah terperosok kedalamnya (saat itu suasana benar2 menyedihkan sekali, ditambah cuaca yang mengerikan)  Aku tidak bisa membayangkan betapa sakitnya kaki ayah, tapi ayah berusaha untuk menahan rasa sakit itu karena dia tidak ingin melihat aku kawatir. Sepulang sekolah aku baru menyadari bahwa ternyata, kejadian tadi pagi itu membuat kaki ayah terluka dan sedikit memar. "Ya Allah, ingin rasanya aku menangis tapi aku harus bisa menahannya karena ayah tidak suka melihat anak-anaknya menangis, andai saja aku tidak memaksakan diri untuk berangkat sekolah mungkin ayah tidak akan mengalami hal itu."
  
Jika ku mengamati perjalanan hidup ayah, aku benar-benar merasa terharu. Bagaimana tidak, setiap pagi berangkat kerja dan pulang sore. Kadang kalau ada sebuah kejadian yang terjadi, ayah harus siap siaga berangkat tidak peduli cuaca saat itu hujan atau panas dan tidak peduli apakah itu pagi, siang, malam hari atau tengah malam bahkan kadang kala seperempat malam ayah pernah keluar rumah hanya untuk melaksanakan tugasnya karena ada panggilan dari atasan (tidak peduli apakah ayah masih ngantuk atau lelah, yang penting adalah melaksanakan tugas adalah kewajiban ayah). Dulu saat aku masih kecil, aku tidak begitu peduli dengan hal itu, tapi sejak aku beranjak dewasa aku baru mengerti betapa besarnya resiko yang diemban ayah untuk bisa menghidupi keluarga dan juga untuk membiayai pendidikan kami. Ayah.... dirimu memang pahlawanku dan juga keluarga.

Hal yang sampai sekarang rutin dilakukan dalam keluarga adalah setiap malam minggu kita selalu berkumpul sekeluarga diruang tamu, dan saat-saat itu kita sebagai anak-anaknya diberikan kebebasan untuk mengeluarkan sagala keluh kesah atau sharing soal perkembangan sekolah, kuliah, atau kerjaan. Walaupun ayah selalu sibuk dengan pekerjaannya setiap hari, tapi Ayah selalu berusaha meluangkan waktu sehari untuk bisa berkumpul bersama kami. (tapi, sekarang setiap malam minggu hanya ada aku adik, ayah dan bunda karena kedua kakakku sudah bekerja di kota lain).

Bukan hanya itu saja pengorbanan yang dilakukan ayah kepadaku dan saudara-saudaraku, masih banyak segudang pengorbanan yang sangat berarti dalam hidupku. Yang tidak dapat dituliskan satu persatu, tapi akan selalu terngiang dibenak pikiranku sampai akhir hayatku kelak.

Pesan yang sangat melekat dibenak pikiranku adalah ayah selalu bilang "walaupun kamu adalah seorang anak perempuan, bukan berarti kamu menjadi seorang perempuan yang lemah. jadilah seorang anak perempuan yang tangguh dalam arti bisa mandiri dan tidak boleh cengeng apalagi manja. karena perjalanan hidup ini keras, dan perjuangan untuk mencapai semuanya itu penuh lika liku"

Ayah.... sampai kapanpun bagiku dirimu adalah pahalawan hidupku terima kasih atas segala jasamu selama ini, kukan selalu berusaha meraih impian itu. Seperti perjuangan ayah meraih impian dulu untuk bisa menjadi seperti sekarang. 

0 komentar:

Posting Komentar